3/27/2009

Budidaya Ikan Bawal Air Tawar


·         PENDAHULUAN

Usaha pembesaran dilakukan dengan maksud untuk memperoleh ikan ukuran konsumsi atau ukuran yang disenangi oleh konsumen. Pembesaran ikan bawal dapat dilakukan di kolam tanah maupun kolam permanen, baik secara monokultur maupun polikultur. Bawal air tawar saat ini banyak diminati sebagai ikan konsumsi dan cocok untuk dibudidayakan di Kabupaten Magelang. Ikan Bawal mempunyai beberapa keistimewaan antara lain : Ketahanan yang tinggi terhadap kondisi limnologis yang kurang baik. Disamping itu rasa dagingnya pun cukup enak, hampir menyerupai daging ikan Gurami.

·         PERSIAPAN KOLAM

Kolam untuk pemeliharaan ikan bawal dipersiapkan seperti halnya ikan air tawar lainnya. Persiapan kolam ini dimaksudkan untuk menumbuhkan makanan alami dalam jumlah yang cukup. Setelah dasar kolam benar-benar kering dasar kolam perlu dikapur dengan kapur tohor maupun dolomit dengan dosis 25 kg per 100 meter persegi. Hal ini untuk meningkatkan pH tanah, juga dapat untuk membunuh hama maupun patogen yang masih tahan terhadap proses pengeringan. Kolam pembesaran tidak mutlak harus dipupuk. Ini dikarenakan makanan ikan bawal sebagian besar diperoleh dari makanan tambahan atau buatan. Tapi bila dipupuk dapat menggunakan pupuk kandang 25 - 50 kg/100 m2 dan TSP 3 kg/100 m2. Pupuk kandang yang digunakan harus benar-benar yang sudah matang, agar tidak menjadi racun bagi ikan. Setelah pekerjaan pemupukan selesai, kolam diisi air setinggi 2-3 cm dan dibiarkan selama 2-3 hari, kemudian air kolam ditambah sedikit demi sedikit sampai kedalaman awal 40-60 cm dan terus diatur sampai ketinggian 80-120 cm tergantung kepadatan ikan. Jika warna air sudah hijau terang, baru benih ikan ditebar (biasanya 7~10 hari setelah pemupukan).

·         PEMILIHAN DAN PENEBARAN BENIH.

Pemilihan benih. Pemilihan benih mutlak penting, karena hanya dengan benih yang baik ikan akan hidup dan tumbuh dengan baik. Penebaran benih Sebelum benih ditebar perlu diadaptasikan, dengan tujuan agar benih ikan tidak dalam kondisi stres saat berada dalam kolam. Cara adaptasi : ikan yang masih terbungkus dalam plastik yang masih tertutup rapat dimasukan kedalam kolam, biarkan sampai dinding plastik mengembun. Ini tandanya air kolam dan air dalam plastik sudah sama suhunya, setelah itu dibuka plastiknya dan air dalam kolam masukkan sedikit demi sedikit kedalam plastik tempat benih sampai benih terlihat dalam kondisi baik. Selanjutnya benih ditebar/dilepaskan dalam kolam secara perlahan-lahan.

·         KUALITAS PAKAN DAN CARA PEMBERIAN

Kualitas dan kuantitas pakan sangat penting dalam budidaya ikan, karena hanya dengan pakan yang baik ikan dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang kita inginkan. Kualitas pakan yang baik adalah pakan yanq mempunyai gizi yang seimbang baik protein, karbohidrat maupun lemak serta vitamin dan mineral. Karena ikan bawal bersifat omnivora maka makanan yang diberikan bisa berupa daun-daunan maupun berupa pelet. Pakan diberikan 3-5 % berat badan (perkiraan jumlah total berat ikan yang dipelihara). Pemberian pakan dapat ditebar secara langsung.

·         PEMUNGUTAN HASIL

Pemungutan hasil usaha pembesaran dapat dilakukan setelah ikan bawal dipelihara 4-6 bulan, waktu tersebut ikan bawal telah mencapai ukuran kurang lebih 500 gram/ekor, dengan kepadatan 4 ekor/m 2 . Biasanya alat yang digunakan berupa waring bemata lebar. Ikan bawal hasil pemanenan sebaiknya penampungannya dilakukan ditempat yang luas (tidak sempit) dan keadaan airnya selalu mengalir.

3/25/2009

budidaya ikan cupang


Pendahuluan

Keindahan tubuh dan ciri-ciri yang spesifik yang dimiliki oleh setiap ikan hias serta nilai ekonomis, adalah faktor utama yang harus diperhatikan dalam budidaya ikan hias. Salah satu jenis ikan yang memiliki syarat-syarat tersebut adalah ikan cupang hias.

Untuk membudiayakan atau mengembangkan ikan cupang hias tidaklah memerlukan lahan yang luas, cukup menyediakan areal sekitar 5 meter persegi. Di Wilayah Jakarta Pusat budidaya ikan cupang ada yang dilakukan diatas dak rumah dan dipekarangan yang relatif sempit, dengan menggunakan wadah bekas ataupun kolam bak semen atau akuarium. Ikan ini relatif mudah dipelihara dan dibudidayakan, karena tidak memerlukan pakan khusus. Pakan ikan untuk benih biasanya digunakan pakan alami berupa kutu air atau daphnia sp. yang dapat ditemukan di selokan yang airnya tergenang. Untuk induk cupang digunakan pakan dari jentik-jentik nyamuk (cuk). Untuk pertumbuhan anak ikan bisa diberi kutu air dan diselingi dengan cacing rambut, akan lebih mempercepat pertumbuhan anak ikan.

Wadah Budidaya

Pada umumnya wadah pemeliharaannya adalah bak semen atau akuarium yang ukurannya tidak perlu besar yaitu cukup 1 x 2 m atau akuarium 100 x 40 x 50 cm, sedang wadah perkawinannya lebih kecil dari wadah pembesaran, yang bisa digunakan antara lain : baskom, akuarium kecil atau ember dapat dipakai untuk memijahkan ikan.

Ciri-ciri khusus

Ciri-ciri khas yang dimiliki oleh ikan cupang hias jantan adalah selain warnanya yang indah, siripnya pun panjang dan menyerupai sisir serit, sehingga sering disebut cupang serit. Sedangkan ikan betina warnanya tidak menarik (kusam) dan bentuk siripnya lebih pendek dari ikan jantan.
Ciri ikan jantan untuk dipijahkan :

Umur ± 4 bulan
Bentuk badan dan siripnya panjang dan berwarna indah.
Gerakannya agresif dan lincah.
Kondisi badan sehat (tidak terjangkit penyakit).

Ciri-ciri ikan betina :

Umur telah mencapai +- 4 bulan
Bentuk badan membulat menandakan siap kawin.
Gerakannya lambat.
Sirip pendek dan warnanya tidak menarik.
kondisi badan sehat.

Pemijahan dan perawatan ikan

Setelah induk cupang hias dipersiapkan begitu pula dengan wadahnya maka langkah selanjutnya adalah melakukan pemijahan :

  1. Persiapkan wadah baskom/akuarium kecil dan bersih.
  2. Isi wadah dengan air bersih dengan ketinggian 15 - 30 Cm.
  3. Masukkan induk ikan cupang jantan lebih dahulu selama 1 hari.
  4. Tutup wadah dengan penutup wadah apa saja.
  5. Sehari kemudian (sore hari) induk betina telah matang telur dimasukan ke dalam wadah pemijahan.
  6. Biasanya pada pagi harinya ikan sudah bertelur dan menempel disarang berupa busa yang dipersiapkan oleh induk jantan.
  7. Induk betina segera dipindahkan dan jantannya dibiarkan untuk merawat telur sampai menetas.

Pembesaran anak

  1. Ketika burayak ikan cupang sudah dapat brenang dan sudah habis kuning telurnya, sudah harus disiapkan media yang lebih besar untuk tempat pembesaran.
  2. Pindahkan anakan bersama induk jantannya.
  3. Kemudian benih ikan diberi makanan kutu air dan wadah ditutup.
  4. Sepuluh hari kemudian anak ikan dipindahkan ke tempat lain.
  5. Dan selanjutnya setiap satu minggu, ikan dipindahkan ke tempat lain untuk lebih cepat tumbuh.

Pasca Panen

Pasca panen yaitu setelah ikan cupang hias mencapai 1 bulan sudah dapat dilakukan pemanenan sekaligus dapat diseleksi atau dipilih. Ikan yang berkwalitas baik dan cupang hasil seleksi dipisahkan dengan ditempatkan ke dalam botol-botol tersendiri agar dapat berkembang dengan baik serta menghindari perkelahian. Setelah usia 1,5 sampai 2 bulan cupang hias mulai terlihat keindahannya dan dapat dipasarkan.

Budidaya Nila Merah

Budidaya Nila Merah (terapan)

Budidaya ikan nila merah (Oreochromis sp.) sangat mudah. Selain dapat memijah secara alami, juga tidak memerlukan perlakuan khusus. Keadaan ini menjadikan budidaya ikan nila merah berkembang sangat pesat di pelosok tanah air. Budidaya ikan nila merah dilakukan dalam beberapa tahapan.

Pematangan Gonad di kolam tanah

Pematangan gonad nila merah bisa dilakukan di kolam tanah. Caranya, siapkan kolam ukuran 500 m2; keringkan selama 2 – 4 hari dan perbaiki seluruh bagian kolam; isi air setinggi 80 – 100 cm dan alirkan secara kontinyu; masukan 400 ekor induk; beri pakan tambahan (pelet) sebanyak 3 persen/hari (3 kg) setiap hari. Catatan : induk jantan dan betina dipelihara terpisah.

Pematangan di bak tembok

Pematangan gonad juga bisa dilakukan di bak. Caranya, siapkan bak tembok ukuran panjang 6 m, lebar 4 m dan tinggi 1 m; keringkan selama 2 – 4 hari; isi air setinggi 80 – 100 cm dan alirkan secara kontinyu; masukan 100 ekor induk; beri pakan tambahan (pelet) sebanyak 3 persen/hari. Catatan : induk jantan dan betina dipelihara terpisah.

Seleksi

Seleksi induk dilakukan dengan melihat tanda-tanda pada tubuh. Tanda induk betina : tubuh memanjang; warna agak kusam; perut agak gendut, gerakan lamban, punya dua alat kelamin yang membulat, satu lubang telur satu lubang kencing, dan berukuran 300 – 500 gram. Tanda induk jantan : tubuh membulat; warna cerah; bersirip kemerahan; gerakan lincah, punya satu alat yang memanjang, terkadang keluar cairan putih bening bila dipijit lubang kelaminnya, dan berukuran antara 400 - 500 gram.

Pemijahan Secara Tradisional I

Pemijahan secara tradsional I dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 500 m2; perbaiki seluruh bagiannya; keringkan selama 3 – 5 hari; isi air setinggi 40 - 60 cm dan alirkan secara kontinyu; masukan 300 ekor induk betina; masukan pula 100 ekor induk jantan; biarkan memijah; panen larva dilakukan pada hari ke 14 – 20 dengan sekup net di permukaan kolam.

Pemijahan Secara Tradisional II

Pemijahan secara tradsional II juga dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 500 m2; buat kobakan di dasar kolam (di salah sudut dekat pintu pembuangan), dengan ukuran panjang panjang 4 m, lebar 2 m dan tinggi 1 m; perbaiki seluruh bagiannya; keringkan selama 3 – 5 hari; isi air setinggi 40 - 60 cm dan alirkan secara kontinyu; masukan 300 ekor induk betina; masukan pula 100 ekor induk jantan; biarkan memijah.

Panen larva dilakukan pada hari ke 14 pagi hari, dengan cara mengeringkan kolam. Induk akan tertampung dalam kobakan dan agar tidak mabuk, beri aliran dari kolam sebelah. Sementara larva akan naik menuju aliran air dari pintu pemasukan dan akhirnya akan tertampung dalam kemalir. Penangkapan larva dilakukan pada kubangan depan pintu pengeluaran.

Setelah larva tertangkap semua, seluruh bagian kolam diperbaiki, permukaan pematang yang bocor ditutup, kemalir tengah digali lagi (lebar 40 dan tinggi 10 cm), permukaan tanah dasar (bekas sarang pemijahan) diratakan. Kolam yang sudah diperbaiki dijemur hingga sore hari. Pada sore itu juga kolam diisi air lagi hingga ketinggian semula. Panen dilakukan 14 hari kemudian, dan terus dilakukan setiap 14 hari sekali.

Pemijahan Secara Tradisional III

Pemijahan secara tradsional III dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 500 m2; perbaiki seluruh bagiannya; keringkan selama 3 – 5 hari; isi air setinggi 40 - 60 cm dan alirkan secara kontinyu; masukan 300 ekor induk betina; masukan pula 100 ekor induk jantan; biarkan memijah; tebar pupuk (kotoran ayam atau puyuh) pada hari ke 12; biarkan pupuk itu bereaksi hingga tumbuh pakan alami; setelah itu, seluruh induk betina yang sedang mengerami akan mengeluarkan larvanya hingga larva tersebar pada seluruh permukaan air kolam; biasanya terjadi pada hari ke 16; tangkap larva dengan sekup net di permukaan kolam hingga habis.

Pemijahan intensif klik http://bibaharie.blogspot.com

Pendederan I

Pendederan pertama dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 500 m2; keringkan 4 – 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalirnya; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 5 – 7 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 50.000 ekor larva pada pagi hari; setelah 2 hari, beri 1 – 2 kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam setiap hari; setelah 2 minggu, sebar ke kolam lain bila penuh; panen dilakukan setelah berumur 3 minggu.

Pendederan II

Pendederan kedua dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 1.000 m2; keringkan 4 – 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalirnya; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 10 – 15 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 40.000 ekor (telah diseleksi); beri 3 – 5 kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam setiap hari; panen setelah berumur sebulan.

Pendederan III

Pendederan ketiga dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan kolam ukuran 1.000 m2; keringkan 4 – 5 hari; perbaiki seluruh bagiannya; buatkan kemalirnya; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 10 – 15 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 20.000 ekor ukuran 5 – 8 cm (telah diseleksi); beri 3 – 5 kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam; panen setelah berumur sebulan.

Pembesaran di kolam tanah

Pembesaran nila merah bisa dilakukan di kolam tanah. Caranya : siapkan sebuah kolam ukuran 1.000 m2; perbaiki seluruh bagiannya; tebarkan 10 – 15 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 60 cm dan rendam selama 5 hari; masukan 50 kg benih (10.00 ekor ukuran 10 – 12 cm atau 20 gram/ekor atau disebut juga sangkal) hasil seleksi; beri pakan 3 persen setiap hari, 3 kg di awal pemeliharaan dan bertambah terus sesuai dengan berat ikan; alirkan air secara kontinyu; lakukan panen setelah 3 bulan. Sebuah kolam dapat menghasilkan ikan konsumsi sebanyak 200 – 300 kg.

3/21/2009

laporan PPKMP

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan perikanan nasional mengamanatkan bahwa kualitas sumberdaya manusia merupakan kunci pokok dalam menentukan keberhasilan program pembangunan. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan sumberdaya manusia menjadi salah satu upaya pokok yang harus diwujudkan. Dengan demikian upaya peningkatan kualitas dan kemampuan sumberdaya manusia mutlak diperlukan guna mendukung keberhasilan pembangunan.

Dalam rangka mendukung hal tersebut, kami sebagai taruna-taruni Sekolah Tinggi Perikanan mengikuti Praktik Pengenalan Kehidupan Masyarakat Pesisir (PPKMP). Tujuanya adalah untuk mengetahui dan memahami serta memiliki kesamaan cara pandang terhadap kehidupan masyarakat pesisir (nelayan, pengolah, dan petani tambak).

Lokasi praktik ini adalah di desa Ciparage Jaya, kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Di Daerah ini banyak terdapat petani tambak.. Teknologi yang digunakan oleh sebagian petambak di sini relatif tradisional. Dalam pelaksanaan budidaya perikanan di tambak-tambak tersebut, para petani tambak menghadapai banyak permasalahan. Oleh karena itu, dalam praktik ini kami menyusun laporan guna mendeskripsikan berbagai masalah yang dihadapi oleh para petani tersebut beserta cara penyelesaiannya

I.2 TUJUAN

Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah:

Memberikan gambaran kepada para pembaca mengenai potensi perikanan budidaya di desa Ciparage Jaya.

Meberi masukan kepada petani setempat mengenai solusi untuk mengatasi masalah-masalah yang dialami tersebut.

Menggambarkan teknis budidaya yang biasa dilakukan oleh petani tambak di desa Ciparage Jaya.

I.3 BATASAN MASALAH

Dalam penyusunan laporan ini, penyusun membatasi masalah hanya dalam ruang lingkup:

(a) Persiapan lahan

(b) Penebaran benih

(c) Pemeliharaan

(d) Permasalahan dalam budidaya

(e) Panen dan pasca panen


BAB II

PEMBAHASAN

II.1 WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan Praktik Pengenalan Kehidupan Masyarakat Pesisir ini dilakukan pada tanggal 5 maret s.d 18 maret tahun 2009 yang berlokasi di desa Ciparage Jaya, kecamatan Tempuran, kabupaten Karawang, Jawa Barat.

II.2 KEGIATAN

Pada Praktek Pengenalan Kehidupan Masyarakat Pesisir ini akan dijelaskan mengenai teknik budidaya yang biasa dilaksanakan oleh petani tambak yang ada di desa Ciparage Jaya. Sekaligus membandingkan dengan teknik budidaya secara teoritis.

II.2.1 Tahapan Budidaya

II.2.1.1 Pengeringan dan penjemuran lahan

Tambak yang telah dipanen kemudian dikeringkan dan di jemur. Proses penjemuran ini dilakukan sampai dengan kondisi tanah di pelataran retak atau pecah-pecah. Proses ini dilakukan tanpa membalikan tanah yang ada di pelataran. Tujuan dari penjemuran ini adalah : untuk mengoksidasi bahan anorganik yang bersifat toksic (racun) yang berasal dari sisa metabolisme biota pada siklus sebelumnya. yang dipelihara. Contohnya: amonia (NH3), nitrit (NO2), H2S, dan lain lain. Secara teori, pengeringan harus dilakukan dengan pembalikan tanah terlebih dahulu dengan tujuan agar unsur hara yang ada di dalam tanah juga ikut teroksidasi.

II.2.1.2 Pengangkatan lumpur

Pengangkatan lumpur dilakukan di sekitar caren. Karena pengangkatan lumpur itu sendiri (yang dalam bahasa lokal disebut kedok teplok atau caer) dimaksudkan untuk memperbaiki desain pematang serta menutupi kebocoran pada pematang yang disebabkan oleh hama dan menambah kedalaman caren. Sedangkan fungsi dari caren ini adalah : sebagai tempat berlindung udang pada saat cuaca panas dan mempermudah penanganan pada saat panen.

II.2.1.3 Pemupukan

Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea dan TSP dengan perbandingannya 2:1. Kadar urea yang diberikan sekitar 8 gram per meter persegi dan TSP sebanyak 4 gram per meter persegi. Seandainya luas tambak 2,5 hektar maka urea yang diberikan sebanyak 2 kwintal sedangkan TSP yang diberikan sebanyak 1 kwintal. Pemupukan hanya dilakukan di pelataran. Pemupukan ini dilakukan 3 hari sebelum pemasukan air. Menurut literatur, pemupukan yang baik dilakukan dengan cara menebarnya secara merata pada pelataran maupun pada caren.

Fungsi dari pemupukan ini adalah untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami bagi biota yang dipelihara. Di desa Ciparage ini sistem budidaya yang diterapkan ialah sistem tradisional plus, dimana pada pemeliharaannya mengandalkan pakan alami sebagai pakan pokok bagi biota serta mengandalkan pasang surut untuk pengisian airnya.

II.2.1.4 Pengairan tahap 1

Tiga hari setelah pemupukan, tambak mulai diairi. Sumber air yang digunakan untuk mengairi tambak tersebut lansung berasal dari laut jawa. Mula – mula air laut masuk melalui saluran primer (saluran utama) kemudian diairi kesaluran skunder, setelah itu masuk ketambak – tambak yang ingin diairi. Dan untuk petakan ini, air yang masuk hanya mencapai ketinggian caren. Sedangkan pelatarannya masih dalam kondisi kering, kemudian pintu pemasukan ditutup.

II.2.1.5 Pemberian pestisida

Pestisida yang digunakan adalah saponin. Tujuan pemberian saponin ini adalah untuk membunuh hama yang ikut masuk pada saat pemasukan air. Sasarannya adalah biota yang memiliki sel darah merah atau haemoglobin. Sedangkan untuk menangani hama atau kompetitor yang tidak memiliki haemoglobin (contohnya siput) digunakan brestan. Pemberian saponin ini dilakukan 5 hari sebelum penebaran benur atau PL(osla). Dengan dosis 1,6 ppm. Reaksi saponin ditandai dengan adanya buih pada permukaan air.

II.2.1.6 Penebaran benur

Benur sebaiknya diambil dari tempat yang tidak terlalu jauh dari tempat pemeliharaan. Hal ini dimaksudkan agar benur atau bibit yang akan dipelihara tidak mengalami stres dalam perjalanan. Dengan kata lain, untuk mengurangi tingkat mortalitas pada saat penebaran. Waktu penebaran dapat dilaksanakan pada pagi maupun sore hari, ini dikarenakan pada waktu itu suhu di permukaan dan di dalam air relatif sama. Adapun tahap-tahap dari penebaran ini adalah:

(i) Penebaran benur dilakukan sekitar lima hari setelah pemberian saponin.

(ii) Pemasangan waring di pinggiran tambak dengan ukuran lebar sekitar 15 cm. Masing-masing ujung waring tertutup.

(iii) Plastik (media penyimpanan benur) dimasukan ke dalam air yang telah dibatasi oleh waring.

(iv) Melakukan aklimatisasi suhu terlebih dahulu

(v) Membiarkan plastik tenggelam secara perlahan agar benur di dalamnya keluar dengan sendirinya.

(vi) Benur yang lepas dan terisolir dalam waring tersebut diberi pakan buatan berbentuk serbuk selama dua hari

Setelah dua hari, waring mulai dibuka agar benur bisa keluar memenuhi ruang kosong didalam tambak. Secara teoritis, proses pertama kali yang dilakukan pada saat aklimatisasi adalah dengan memasukan kantong plastik ke dalam petakan tanpa membukanya terlebih dahulu dan menunggu sampai timbulnya embun di dalam dinding kantong plastik tersebut. Karena hal itu menandakan suhu air di luar dan di dalam kantong plastik telah sama. Setelah itu plastik dibuka dan diberi air (dari tambak) sedikit demi sedikit untuk menyesuaikan salinitas. Adapun padat tebar yang terapkan oleh petani budidaya di desa ciparage ini adalah 4 ekor / m2.

II.2.1.7 Pengairan tahap 2

Setelah 45 hari sejak pertama benur ditebar, baru dilakukan pemasukan air tahap 2 sampai ketinggian air mencapai 25 cm dari pelataran. Pemasukan air tahap dua ini biasanya menggunakan pompa, ini dikarenakan kesalahan pada sistem saluran primer sehingga pasang naik tertinggi tidak dapat masuk ke dalam tambak secara optimal, pompa yang digunakan dengan kapasitas 8-12 PK yang telah dipasang waring pada saluran pengeluarannya. Cara ini dimaksudakan untuk menghindari masuknya hama pada saat pemasukan air. Pemasukan air dilakukan secara bertahap, yaitu selama 4 jam per hari selama terjadinya pasang naik.

Namun menurut teorinya, pemeliharaan benur didalam caren kurang efisien karna benur akan mengalami kekurangan oksigen dikarenakan sempitnya ruang gerak udang. Hendaknya setelah pemupukan, air yang dimasukkan langsung 100% lalu pemasukan benur.

II.2.1.8 Sampling pertumbuhan

Setelah dua bulan pemeliharaan, ganggang yang ada di tambak diangkat keluar tambak, pengangkatan ganggang dilakukan dengan cara diangkat sendiri. Disamping itu, petani juga melakukan sampling setiap bulannya. Sebagian besar warga Ciparage ini melakukan sempling dengan cara gogo (langsung turun ketambak dan mengambil sendiri udangnya), biasanya sampling ini dilakukan untuk mengetahui kapan waktu panen udang tersebut. Secara teori tujuan sampling adalah untuk mengetahui pertumbuhan biota yang dibududayakan, kesehatannya, dan sebagai asumsi waktu panen sebaiknya dilakukan. Sampling dilakukan stiap minggu setelah biota telah berumur memadai.

II.2.1.9 Panen

Pemeliharan dengan menggunakan sistem tradisional ini selama 3-4 bulan panen. Setelah 3-4 bulan pemeliharaan panen dilakukan dengan cara pengeringan tambak hingga air 20 cm dari dasar tambak. Selanjutnya udang diambil secara manual (dalam bahasa lokal disebut gogoh), atau menggunakan saponin.

II.2.1.10 Pemasaran

Pada saat panen, tengkulak (penampung) didaerah setempat langsung datang untuk mengambil hasil panen kemudian mendistribusikannya. Jadi para petani, langsung mendapatkan hasil panen dari penampung tersebut.

II.2.2 Teknologi Budidaya

Teknologi yang digunakan sebagian besar petani tambak di Ciparage adalah teknologi tradisional dengan menggunakan asarana yang sederhana. Adapun sarana tersebut adalah: penggunaan tandon, penggunaan pompa, penggunaan pintu air baik itu yang terbuat dari kayu maupun dari pipa PVC.

II.2.2.1 Pompa Air

Pompa air yang dimaksud adalah pompa yang berfungsi untuk memasukan air dari sumber air ke dalam petakan tambak serta membantu proses pengeluaran air ketika panen. Pompa yang digunakan rata-rata berkapasitas 12 PK dengan bahan bakar solar atau bensin.

II.2.2.2 Pintu Air

Pintu air adalah tempat pemasukan dan atau pengeluaran air secara pasif. Sebagian besar para petambak budidaya setempat hanya menggunakan satu pintu air dalam satu petak. Sehingga inlet dan outlet menjadi satu. Ada dua macam pintu air yang digunakan, yaitu pintu air yang terbuat dari pipa PVC dan pintu air yang terbuat dari kayu.

II.2.2.2.1 Pintu air yang terbuat dari Pipa PVC

Pipa yang digunakan berukuran sekitar 8 inch yang dipasang pada tanggul atau pematang sebagai tempat keluar masuknya air.

II.2.2.2.2 Pintu air yang terbuat dari kayu

Pintu air ini berbentuk persegi panjang yang membentuk sekat pada pematang sehingga memungkinkan keluar masuknya air.

II.2.2.3 Laha atau kere

Laha adalah salah satu biosekuriti yang dipasang di tambak pada saluran inlet yang bertujuan untuk mencegah masuknya hama ke dalam tambak pada saat pemasukan air. Pemasangan laha dilapisi waring agar telur ikan yang ukurannya lebih kecil tidak masuk ke dalam tambak.

II.2.3 Permasalahan Budidaya

Dalam melakukan kegiatan budidaya tentunya ada saja permasalahan yang timbul sehingga dapat menghambat kegiatan budidaya yang dilakukan. Adapun permasalahan yang sering timbul dan cara penanggulangan dari masalah tersebut yaitu: permasalahan eksternal dan internal.

II.2.3.1 Permasalahan Eksternal

Adapun permasalahan eksternal dalam kegiatan budidaya yaitu predator, kompetitor dan keamanan

II.2.3.1.1 Predator

Adalah hama pemangsa terhadap biota yang dipelihara. Contohnya, ular (reptil) dan burung bangau (aves).

Adapun cara penceghannya yaitu pada golongan reptil, kita dapat membasminya dengan cara pemberian saponin pada saat persiapan tambak, hal ini dikarenakan ular termasuk hewan yang memiliki haemoglobin (sel darah merah). Dan cara penanggulangannya yaitu dengan cara pengontrolan langsung ketambak.

II.2.3.1.2 Kompetitor

Adalah hama pesaing terhadap biota yang dipelihara baik persaingan pakan maupun persaingan oksigen dalam air. Selain itu golongan kompetitor juga merugikan para pembudidaya karena golongan kompetitor dapat merusak konstruksi tambak. Contohnya, kepiting dan udang liar (crustacea), belut (angguila), ikan-ikan liar (pisces). Adapun pencegahan atau penanggulangan yang dapat dilakukan yaitu dengan pemasangan filter atau inves (sejenis saringan atau pagar yang terbuat dari anyaman bambu) yang dipasang pada pintu pemasukan dan dapat juga dipasang bubu pada pintu pemasukan. Penanggulangan yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian saponin pada saat persiapan.

II.2.3.1.3 Keamanan

Keamanan merupakan salah satu faktor yang sangat perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan dalam kegiatan buididaya. Keamanan yang tidak terjamin dapat menimbulkan berbagai maslah pada pembudidaya, contohya yaitu sering terjadinya pencurian biota yang dipelihara sehingga terjadinya kerugian ekonomi.

Kurangnya rasa solidaritas masyarakat, sehingga kebanyakan dari mereka sering melakukan kegiatan yang dapat merugikan pembudidaya lain seperti membuka pintu air pada tambak yang sedang beroperasi.

Adapun cara penanggulangan yang dapat dilakukan yaitu bekerja sama dengan para pembudidaya lain untuk melakukan pejagaan secara bergantian dilokasi tambak mereka. Juga melakukan pendekatan sosial budaya kepada masyarakat setempat.

II.2.3.2 Permasalahan Internal.

Permasalah internal yaitu permasalahan yang timbul dari biota itu sendiri. Contohnya seperti penyakit. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbunya penyakit yaitu: faktor lingkungan (air atau media hidup), biota yang dipelihara, patogen (bibit penyakit).

Berikut gambar interaksi dari ketiga faktor tersebut.

Venn Diagram

Dari ketiga faktor tersebut ternyata yang paling berpengaruh terhadap timbulnya penyakit yaitu lingkungan. Hal ini dikarenakan jika lingkungan itu buruk atau jelek maka biota yang dipelihara akan mengalami stres dengan demikian kondisi biota menjadi lemah, dengan demikian bibit penyakit dapat dengan mudah menyerang biota yang dipelihara.

Adapun penyakit yang menyerang pertambakan didaerah ciparage dalam 5 tahun terakhir ini yaitu:

II.2.3.2.1 WSSV (White Spot Syndrom Virus)

Penyakit ini diindikasikan dengan timbulnya bintik-bintik putih diseluruh tubuh udang. Hal ini disebabkan oleh parameter kualitas air yang buruk. Wabah virus ini dapat mengakibatkan kematian masal dalam waktu yang singkat. Adapun pencegahan yang dapat dilakukan melalui pengelolaan kualitas air, dengan cara melakukan pergantian air secara rutin.

II.2.3.2.2 Stress

Stress adalah kondisi dimana terganggunya fungsi fisiologis pada udang atau ikan sehingga sistem kerja pada tubuh udang tidak berfungsi secara optimal. Stress dapat menyebabkan ikan atau udang malas untuk beraktifitas (ikan atau udang dalam kondisi lemah) sehingga dalam waktu singkat mudah terserang penyakit. Adapun sebab-sebab ikan atau udang terserang stress yaitu kualitas air yang kurang baik (lingkungan), sistem imun (kekebalan tubuh) yang rendah, serta patogen (penyebab penyakit), penanganan saat tebar (aklimatisasi).

Adapun cara penanggulangan dari stress ini adalah pengontrolan kualitas air dengan cara sering melakukan pergantian air, pemeliharaan kebersiahan tambak baik sampah organik maupun anorganik.

II.2.3.2.3 Pencemaran lingkungan

Pencemaran lingkungan merupakan salah satu permasalahan yang sulit ditanggulangi oleh para pembudidaya. Didesa ciparage ini pencemaran lingkungan banyak disebabkan oleh:

II.2.3.2.4 Limbah rumah tangga

Limbah rumah tangga dapat berupa sampah anorganik. contohnya, plastik pembungkus makanan, dan lain-lain. Sampah ini dapat mencemari kulitas air untuk budidaya.

II.2.3.2.5 Limbah pertanian

Limbah pertanian dapat berupa efek samping dari penggunaan pestisida yang berlebihan. Pada saat perawatan sawah, sebagian besar petani menggunakan pestisida untuk membasmi rumput liar disekitaran sawah mereka. Didesa ciparage ini saluran utama pengairan untuk tambak digunakan juga untuk mengairi beberapa sawah masyarakat. Oleh karena itu besar kemungkinan pestisida yang digunakan juga tercampur atau terlarut pada saluran utama (saluran primer) yang digunakan juga pada pembudidaya, ini sangat berakibat fatal bagi komoditas yang dipelihara seperti stress pada ikan atau udang karena terganggunya kualitas air pada media hidup ikan atau udang.

II.2.3.2.6 Limbah industri

Adapun limbah-limbah industri yang mencemari lingkungan maupun sumber air berasal dari limbah tekstil dan limbah pertamina. Limbah-limbah ini dapat mencemari perairan laut yang merupakan sumber air untuk seluruh pertambakan didaerah ciparage ini. Adapun penanggulangan yang dapat dilakukan untuk meminimilisasi dampak dari limbah industri itu yaitu dengan penanaman mangrove disepanjang pantai.

II.2.3.2.7 Kualitas Sumber Daya Manusia

Salah satu permasalahan yang cukup berpengaruh pada keberhasilan budidaya yaitu kurangnya pengetahuan para pembudidaya tambak mengenai masalah perikanan sehingga hasil yang diperoleh atau tingkat kehidupan dari biota yang dipelihara sangat kecil.

II.2.4 Produksi Perikanan Di Desa Ciparage

Produksi ikan bandeng dan udang di desa Ciparage 5 tahun terakhir ini meningkat walaupun ada diantaranya yang mengalami kemunduran ataupun gagal panen, namun secara umum produksi hasil tambak di desa Ciparage untuk setiap tahunnya mengalami peningkatan.

Tingkat kehidupan (Survival rate) udang untuk setiap petani tambak di desa ciparage ini adalah 20 %. Hal ini disebabkan oleh terlalu besarnya jumlah padat tebar untuk tiap hektarnya sehingga hanya sebagian kecil saja yang dapat beradaptasi atau hidup dengan baik.

Ikan bandeng yang dibudidayakan di desa Ciparage ini memiliki tingkat produksi yang lebih tinggi dari pada udang. Rata-rata tingkat kehidupan (Survival rate) ikan bandengn mencapai 50%. Hal ini dikarenakan cara pemeliharaan ikan bandeng lebih mudah daripada cara pemeliharaan udang.

Secara garis besar berdasarkan data dari para responden, tingkat produksi di desa ciparage ini tiap tahunnya mengalami peningkatan sebesar 2 %.

II.3 Analisa Usaha

Data analisa usaha yang penyusun sajikan adalah data usaha selama satu siklus tanam, yaitu selama 4 bulan. Berikut data analisa usaha yang kami peroleh:

No

Jenis Biaya

Kebutuhan

Harga Satuan (Rp)

Jumlah (Rp)

Keterangan

Pemakaian

1

Biaya Tetap

Tambak

125.000/bln

500.000

4 bulan

Pajak

11.250/bln

45.000

4 bulan

Nener

200/ekor

800.000

4.000 ekor

Oslah

20/ekor

800.000

40.000ekor

Urea

1900/kg

380.000

2 kwintal

TSP

2400/kg

240.000

1 kwintal

Saponin

2500/kg

50.000

20 kg

Buruh

-

500.000

-

Pompa

21250/bln

85.000

4 bulan

2

Biaya tidak tetap

Upah panen

-

400.000

-

Biaya lain-lain

-

200.000

-

Total


4.105.000


Hasil panen:

Bandeng 130Kg dengan harga @ Rp 13.000, jadi harga total Rp 1.690.000

Udang windu 83 Kg dengan harga @ Rp 60.000, jadi harga total Rp 4.980.000

Udang api-api 96 Kg dengan harga @ Rp 20.000, jadi harga total Rp 1.920.000

Maka keuntungan = HASIL PANEN - BIAYA OPERASIONAL

= Rp 8.590.000 - Rp 4.105.000

= Rp 4.485.000

Jadi, keuntungan yang didapatkan oleh petani tambak budidaya setiap siklus rata-rata mencapai Rp 4.485.000. Data tersebut merupakan hasil merata-ratakan dari interview 10 narasumber di lapangan.

§

o

§

§

o

·

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

II.4 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktik yang kita lakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Desa ciparage memiliki potensi perikanan yang cukup besar dalam sub sektor budidaya perikanan.

II.5 Saran

Saran yang dapat kami berikan demi membangun potensi perikanan khususnya dalam subsektor budidaya perikanan agar lebih baik lagi yaitu:

II.5.1 Sebaiknya para petani tradisional menggunakan tandon dalam sistem pemasukan air.

II.5.2 Perlunya menjaga kualitas air dengan cara melakukan pergantian air secara rutin.

II.5.3 Sebaiknya para petani melakukan pengangkatan lumpur secara rutin meskipun hal itu dilakukan setahun sekali.

II.5.4 Sebaiknya bibit diambil dari daerah terdekat dari tempat pemeliharaan supaya bibit tidak mengalami stress saat perjalanan.


Free Blogger Templates by Isnaini Dot Com and Archithings. Powered by Blogger